Menjadi ‘Sontoloyo’ Ternyata Mampu Menghasilkan Rp 150 ribu Tiap Harinya
SERAMBIJAMBI.ID, REMBANG – Istilah sontoloyo sering digunakan untuk menilai suatu tabiat yang buruk dari seseorang. Padahal sontoloyo adalah sebuah profesi halal dan mulia. Lalu apa kata si sontoloyo soal profesinya yang sering dijadikan ledekan itu?
Mbah Dasar (60), seorang sontoloyo atau pengangon bebek asal Desa Sidowayah Kecamatan kota Rembang, Rembang, menyayangkan penggunaan kata sontoloyo yang cenderung bermakna negatif di masyarakat. Padahal, sontoloyo adalah pekerjaan halal dan diperlukan keahlian khusus, disamping juga perlu disiplin waktu dan ketekunan.
Menjalani profesi sebagai Sontoloyo alias pengangon bebek, di Kabupaten Rembang ternyata mampu menghasilkan uang rata-rata berkisar Rp 100 ribu sampai 150 ribu per hari. Dengan jumlah penghasilan bersih sebesar itu, tak jarang orang yang menjadi Sontoloyo sebagai pekerjaan utama.
Mbah Dasar pun mengakui penghasilannya sebagai sontoloyo cukup untuk kebutuhan makan dan menabung setiap harinya. Uang tersebut merupakan hasil penjualan telur bebek yang diangonnya.
“Ya rata-rata bisa Rp 150 ribu sehari, tergantung jumlah telur yang bisa dikeluarkan bebek itu. Nominal itu sudah bersih, sudah terpotong biaya pakan bebek atau yang lain-lain, jadi bersih murni keuntungan,” kata Dasar saat ditemui di rumahnya.
Penghasilan sejumlah itu diakui Dasar, apabila kondisi produksi telur sedang sepi. Pada kondisi saat ini yaitu musim kemarau, jumlah produksi telur yang dihasilkan bebek bisa lebih banyak setiap harinya dan kualitasnya pun bagus.
“Sehari paling tidak ada telur yang dikumpulkan 250 butir, jumlah bebek saya ada sekitar 400-an ekor. Jadi kalau jual (telur) ya bisa sampai Rp 500 ribu, terus kepotong biaya pakan ya paling tidak separuhnya lah,” terangnya.
Sementara Said, Sontoloyo lainnya mengaku lebih memilih penjualan telur dalam periode seminggu dua kali, karena jumlah bebek yang diangonnya hanya sekitar 100 ekor. Menurutnya, dengan metode penjualan ke bakul seminggu dua kali akan lebih efektif.
“Biasanya diambil hari Minggu sama hari Kamis. Sekali angkut biasanya 300-an butir. Ya lumayan terasa kan kalau begitu gak kasihan bakulnya yang jemput kesini,” akunya. (*)
Sumber : Detik.com