Ancaman Nyata IRET di Lingkungan Pendidikan, Densus 88 Beri Edukasi Ribuan Pelajar di Jambi
SERAMBIJAMBI.ID, JAMBI – Satuan Tugas Wilayah (Satgaswil) Densus 88 AT Polri menegaskan bahwa lingkungan sekolah menjadi salah satu sasaran empuk penyebaran paham radikal. Untuk melindungi pelajar dari ancaman ini, Satgaswil Densus 88 AT Polri Jambi melaksanakan sosialisasi pencegahan terorisme di Sekolah Menengah Atas Negeri (MAN) 2 Kota Jambi, Jumat (10/10/25).
Acara sosialisasi ini disambut antusias oleh 1.350 siswa dari kelas X, XI, dan XII, serta dihadiri oleh 50 tenaga pengajar MAN 2 Kota Jambi.
Waspadai Bahaya IRET dan Pengaruh Game Online
Kepala Satgaswil Densus 88 AT Polri Jambi, yang diwakili oleh AKP Sudiro, S.Pd.I., menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam kepada siswa mengenai bahaya Intoleransi, Radikalisme, Ekstremisme, dan Terorisme (IRET). Selain itu, sosialisasi ini juga menekankan pentingnya menjaga wawasan kebangsaan dan nilai-nilai Pancasila di lingkungan sekolah.
“Generasi saat ini tumbuh dan berkembang bersama kemajuan teknologi. Mereka lebih mudah menerima informasi. Jika tidak diawasi, paham-paham IRET ini dapat lebih mudah masuk dan dianggap sebagai kebenaran,” kata AKP Sudiro.
Ia juga secara khusus mengimbau para siswa untuk mewaspadai beberapa aplikasi permainan (game) yang berpotensi memengaruhi pola pikir menjadi radikal dan menyebabkan seseorang tidak mampu mengontrol diri hingga terlibat dalam aktivitas yang dipengaruhi game tersebut.
Menyikapi kondisi terkini, Sudiro menyebutkan adanya kasus-kasus terorisme di Provinsi Jambi serta keberadaan Eks Narapidana Terorisme (Napiter). Hal ini, menurutnya, menuntut kesadaran diri dan kewaspadaan yang tinggi dalam menangkal penyebaran paham terorisme.
Terorisme Tidak Terkait Agama
Dalam sesi pemaparannya, AKP Sudiro juga menegaskan bahwa upaya menolak paham radikal harus diperkuat dengan merawat Empat Pilar Kebangsaan: Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI, agar bangsa menjadi kokoh dan tidak mudah terpecah belah oleh kelompok radikal.
Lebih jauh, ia meluruskan pemahaman keliru tentang terorisme. Menurutnya, terorisme tidak merujuk hanya pada satu agama, melainkan semua agama dapat menjadi pintu masuknya paham terorisme.
“Sejatinya terorisme sama sekali tidak ada hubungan dengan agama. Agama justru dianggap hanya sebagai korban yang tidak bersalah, dan dalam beberapa hal bahkan menjadi tidak relevan,” tegasnya.
AKP Sudiro menutup sosialisasi dengan mengajak seluruh tenaga pengajar dan peserta didik untuk menjadi agen pencegahan paham IRET di sekolah.
“Harapannya, pemangku kebijakan di sekolah dapat berperan aktif melakukan pembinaan untuk mencegah potensi paham radikalisme memengaruhi lingkungan pendidikan, khususnya penyebaran melalui media sosial dan game online,” tutupnya. (SJ)