Sikap Seorang Muslim dalam Menghadapi Musibah
Sikap Seorang Muslim dalam Menghadapi Musibah
Manusia tak berdaya. Musibah datang begitu tiba-tiba. Tak ada yang bisa memprediksinya. Tahu-tahu gempa sudah ada di depan mata. Itulah kekuasaan Allah SWT yang tak dapat dijangkau oleh makhluk-Nya yang lemah ini.
Senin siang kemaren (21/11/2022) publik dihebohkan dengan guncangan gempa bumi di Kabupaten Cianjur Jawa Barat dengan berdaya 5,6 magnitude.
Tak ayal korban jiwa pun bergelimpangan dan infrastruktur publik dan rumah-rumah warga hancur akibat gempa yang tiba-tiba itu.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengonfirmasi bahwa jumlah korban jiwa sampai Sabtu sore (26/11/2022) mencapai 318 jiwa, 7.729 mengalami luka-luka akibat tertimpa reruntuhan bangunan. Dan 73.693 warga mengungsi ke tempat-tempat penampungan.
Sebagai orang yang beriman meyakini bahwa semua itu adalah atas kuasa dan kehendak Allah Yang Maha Kuasa sebagai peringatan, azab dan atau ujian untuk para hambaNya.
Gempa di Kabupaten Cianjur yang dirasakan sampai kabupaten Bandung, Sukabumi dan Bogor, dan daerah sekitarnya itu tentu menambah panjang daftar gempa dan musibah yang terjadi di negeri ini.
Tentu kita bertanya-tanya mengapa musibah itu seperti banjir, tanah longsor, kebakaran, kecelakaan, gemba bumi dan bencana lainnya kian bertubi-tubi terjadi di negeri ini ??? Hal itu tentu ada sebab-sebabnya yang sebenarnya sudah ditunjukkan Allah lewat firmanNya dalam Al-Qur’an. Tetapi manusia masih banyak yang enggan menaati syariatNya.
Dalam Al-Quran disebutkan bahwa musibah dan bencana terjadi akibat kemaksiatan yang merajalela, kezaliman dan kemunkaran yang mereka lakukan.
Bisa kita baca dan renungkan mengapa Allah turunkan azab dan bencana untuk hambaNya, antara lain :
1.Banyaknya kezaliman, kerusakan disebabkan ulah tangan mereka baik di daratan maupun di lautan:
ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).(Q.S.Ar-rum : 41 ).
2.Para tokoh dan kaum elit banyak melakukan kemaksiatan dan kezaliman.
Para pemimpin yang ‘makan sumpah’ tidak akan korupsi tapi nyatanya masih banyak yang korupsi. Hartawan, orang-orang kaya yang hidup mewah ditengah penderitaan orang banyak; juga para tokoh agama yang menjual ayat-ayat Allah untuk kepentingan diri dan atau kelompok mereka.
Karena kezalimannya itu Allah turunkan bencana kepada mereka sebagaimana firmanNya :
وَإِذَآ أَرَدْنَآ أَن نُّهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا۟ فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا ٱلْقَوْلُ فَدَمَّرْنَٰهَا تَدْمِيرًا
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya” (Q.S.Al-Isra : 16).
3.Banyaknya penduduk yang berbuat kezaliman :
وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ ٱلْقُرَىٰ حَتَّىٰ يَبْعَثَ فِىٓ أُمِّهَا رَسُولًا يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتِنَا ۚ وَمَا كُنَّا مُهْلِكِى ٱلْقُرَىٰٓ إِلَّا وَأَهْلُهَا ظَٰلِمُونَ
“Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman” ( Q.S.Al-qashash : 59).
Kekufuran dan kesyirikan masih sering dilakukan warga seperti minta tolong dengan dukun tukang ramal, minta tolong dengan jin,kuburan dan sesembahan syirik lainnya.
Anak durhaka kepada orang tua, isteri berani dengan suami, perampok tega melukai dan membunuh sasarannya.
4.Orang-orang shaleh diam saat melihat kemunkaran, kemaksiatan dan kezaliman. Mereka tidak beramar ma’ruf nahi munkar. Terkait hal ini Allah SWT berfirman :
وَٱتَّقُوا۟ فِتْنَةً لَّا تُصِيبَنَّ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ مِنكُمْ خَآصَّةً ۖ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ
“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.(Q.S.Al-anfal : 25).
Padahal salah satu kewajiban kita umat Islam adalah untuk berdakwah, Amar ma’ruf nahi munkar sebagaimana firman Allah SWT :
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةُُ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ “
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung“.( Ali-Imran:104].
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ
“Barang siapa yang melihat satu kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu selemah-lemahnya iman“. [HR Muslim].
Akankah kita menunggu azab Allah Ta’ala turun kepada kita, dikarekan kita mengabaikan, apatis dan acuh tak acuh dalam perkara amar ma’ruf nahi munkar.
Apakah kita melupakan sabda Nabi Muhammad Saw yang berbunyi:
وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ، وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ، أَوْ لَيُوْشِكَنَّ اللهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ، ثُمَّ تَدْعُوْنَهُ فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُمْ
“Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya, hendaklah kalian bersunguh-sungguh menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah kemunkaran, atau Allah akan menimpakan siksaan kepada kalian dari sisi-Nya, kemudian kalian berdo’a kepada-Nya tetapi Dia tidak mengabulkan do’a kalian.”(HR. At-Turmudzi. 2169)
Ayat tersebut menjelaskan, apabila amar ma’ruf nahi munkar tidak ditegakkan, maka do’a pun tidak dikabulkan. Lantas apa lagi yang kita tunggu! Apakah kita akan mendiamkan kemungkaran yang merajalela, kemaksiatan di mana-mana, kemudian Allah Ta’ala murka dan menurunkan adzab-Nya!
5.Sebagai Ujian atau Cobaan.
Perlu untuk diketahui bahwa terjadinya musibah dan bencana disamping sebagai azab dari Allah SWT , juga sebagai ujian atau cobaan untuk orang-orang beriman, apakah mereka bersabar dan tabah atas musibah itu atau tidak. Jika sabar dan tabah berarti lulus ujiannya, dan insya Allah mereka mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Allah SWT. Sebagaimana firmanNya :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157)
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (QS. Al-Baqarah: 155) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. (QS. Al-Baqarah: 156) Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah :157).
Bertobat dan Ikhtiar
Sebagai upaya untuk mengatasi terjadinya berbagai musibah, sebagai orang beriman wajiblah untuk bertobat dengan ‘taubatan nashuha’, bertobat dengan sungguh-sungguh. Yakni menyesali perbuatan-perbuatan dosa yang pernah dilakukan dan perbanyak ‘istighfar’ mohon ampun kepada Allah swt.;dan berhenti tidak lagi melakukannya; dan bertekad kuat tidak akan mengulanginya lagi dimasa mendatang serta diiringi dengan melakukan perbaikan, baik terkait dengan sesama atau terhadap kerusakan yang ditimbulkannya.
Jika dosa syirik, yakni dosa dan kezaliman paling besar seperti minta tolong kepada dukun tukang ramal, pasang susuk, jimat, pohon dan minta tolong kepada ‘kuburan’ dan lainnya. Maka dosa syirik semacam ini tobatnya dengan disertai mengucapkan dua kalimat syahadat.
Hal itu juga harus disertai ikhtiar atau usaha secara manusiawi bagaimana mengatasi musibah ini dengan bantuan para ahli. Yang lebih penting adalah kembali kepada aturan ilahi dan meninggalkan segala jenis kekufuran dalam segala bidang.
Walhasil, tobat dan ikhtiar itu harus benar-benar dilaksanakan dengan senantiasa meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT. Semoga Allah SWT menjauhkan kita dari musibah dan bencana. Aamiin. Wallahu a’lam bishshowab.
Penulis : Abd. Mukti, S.Ag
Pemerhati Kehidupan Beragama.