Bersama Para Toga, Tomas, Divisi Humas Polri Gelar FGD di Mapolresta Jambi
SERAMBIJAMBI.ID, JAMBI – Bertempat di Mapolresta Jambi, Divisi Humas Polri menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan tema Terorisme adalah Musuh Kita Bersama, Jum’at (29/7/22).
Dalam kesempatan ini, Kapolresta Jambi Kombes Pol Eko Wahyudi yang diwakilkan Wakapolresta Jambi AKBP Rully Andy Yunianto menyambut kedatangan Tim Div Humas Polri, yang dihadiri oleh Ketua Tim AKBP Erlan Munaji, S.I.K., M.Si, Tim Divisi Humas Mabes Polri, narasumber serta para peserta kegiatan tersebut.
Adapun Tim Divisi Humas Polri terdiri dari AKBP Erlan Munaji.S.I.K,M.Si. selaku Ketua Tim, Iptu Muhammad Rizky Fajar,S.T.K., Penda I Fitri S.Maria,S.Kom, Muhammad Makmun Rasyid (Narasumber), Willy Amanda Rogas (Wartawan Polri TV).
Sedangkan, terlihat perwakilan dari Humas Polda Jambi Kompol Wirmanto dan Kompol M.Teguh turut mendampingi Tim tersebut dalam kegiatan FGD ini.
Wakapolresta Jambi AKBP Ruli Andi Yunianto, S.I.K. menyatakan bahwa diskusi ini berfokus pada memerangi Terorisme dan mencegah paham Radikalisme masuk ke Indonesia, khususnya di Kota Jambi.
Kedatangan Tim Divisi Humas Polri di Kota Jambi, khususnya di Mapolresta Jambi dalam rangka melihat secara langsung kegiatan kontra radikal dan bertukar pikiran dengan para Toga, Todat dan Tomas yang ada di Kota Jambi.
Narasumber pun menambahkan bahwa, “Ada dua kelompok jaringan teroris di Indonesia. Yang pertama jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan Jemaah Islamyah. Kelompok atau jaringan teroris jamaah islamyah terafeliasi dengan kelompok teroris Alkaidah, sedangkan kelompok teroris jamaah JAD terafiliasi dengan ISIS.
Ketua Tim AKBP Erlan Munaji, S.I.K, M.Si. berkomentar bahwa kegiatan ini digelar bertujuan untuk memberikan ketahanan terhadap paham-paham radikal yang merupakan bibit-bibit aksi terorisme di Indonesia. Pemahaman radikal tersebut bisa tumbuh dan berkembang.
“Bibit-bibit terorisme salah satu nya adalah Intoleransi antar sesama umat beragama sehingga akan memunculkan suatu kekacauan di tengah masyarakat,” ungkap narasumber.
Jika Polri tidak segera mengantisipasi dengan cara pencegahan dan penggalangan paham radikalisme seperti yg kita lakukan saat ini, sehingga tokoh agama dan tokoh masyarakat saling bersinergi bersama Polri untuk memerangi Terorisme di Indonesia.
“Sementara Densus 88 yang ada di lingkungan Polri dalam hal penegakan hukum seperti aksi-aksi terorisme. Namun pola pencegahan perlu dilakukan oleh Polri dengan cara preventif maupun pre-emtif sebagai upaya pencegahan terhadap paham radikalisme dan terorisme di Indonesia,” tutupnya. (*)