Akankah Ekskavasi Situs Kapal Kuno ‘Zabag’ di Lambur Bisa Membuka Tirai Sejarah ?
Akankah Ekskavasi Situs Kapal Kuno ‘Zabag’ di Lambur Bisa Membuka Tirai Sejarah ?
SERAMBIJAMBI.ID, TANJAB TIMUR – Saat ini sedang berlangsung ekskavasi situs kapal kuno di Desa Lambur I Kecamatan Muarasabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi. Ekskavasi yang dimulai sejak tiga pekan lalu, diperkirakan tuntas sebulan kedepan.
Ali Akbar, dosen arkeologi Universitas Indonesia, selaku koordinator ekskavasi, menuturkan bahwa temuan kapal kuno ini masih penuh misteri.
Pada konferensi pers bersama Bupati Tanjabtim Romi Hariyanto di ruang pola kantor Bupati, yang digelar Jumat pagi (23/8), Ali Akbar menjelaskan, fisik kapal diperkirakan mencapai lebar 5,5 meter dengan panjang 24 meter.
Bahkan, menurut Dr Chiara Zazzaro, yang ikut meninjau proses ekskavasi, ukuran kapal jauh lebih besar dari perkiraan Ali Akbar. Zazzaro adalah arkeolog asal Maritime Archeogy, Napoli, Italia. Wanita paruh baya ini sengaja datang ke lokasi kapal kuno setelah mendapat kabar dari Ali Akbar yang juga rekan kerjanya di sejumlah penelitian khusus kapal dan perahu kuno.
Selama tiga minggu ekskavasi, tim Ali Akbar baru bisa menemukan 25 – 30 persen fisik kapal. Perkiraan sementara kapal itu berasal dari abad ke tujuh sampai 10 Masehi. Untuk kepastiannya memang masih menunggu hasil laboratorium tentang jenis dan usia kayu, jenis ijuk yang digunakan sebagai penambal palkah dan model arsitektur kapal.
Selama meneliti kapal kuno, situs yang pertama kali ditemukan warga desa Lambur bernama Rohim pada 1986 itu cukup berbeda. Baik Ali Akbar maupun Zazzaro sepakat bahwa temuan kali ini cukup membingungkan. Selain lokasi temuannya yang berada cukup jauh dari bibir pantai, kondisi kapal juga tak sama dengan sejumlah temuan situs biasanya. Pada kapal ini belum ditemukan bukti pendukung seperti situs lain. Misalnya kemudi atau jangkar. Bahkan setelah tiga minggu ekskavasi, lunas dan gading kapal tak kunjung ditemukan. Artinya, lambung kapal belum ketemu. Fisik yang ada hingga kini diduga dek atau rumah kapal.
Barang – barang yang biasa ditemukan dalam sejumlah situs kapal juga tak ditemukan pada situs ini. “Sehingga spekulasi awal, bisa jadi kapal ini adalah kapal kosong, atau justru kapal yang sedang diperbaiki dan lokasinya itu lokasi galangan kapal,” jelas Ali Akbar.
Munculnya dugaan kapal berada di galangan, lantaran di bagian bawah situs ditemukan sejumlah kayu gelondongan kecil yang lazim digunakan untuk menaikkan dan menurunkan kapal di galangan. Sedangkan tebal papan dek yang mencapai 13 cm, menurut Ali Akbar menggambarkan kapal ini kapal besar yang diperuntukkan berlayar di lautan. “Kapal ini dipersiapkan untuk arungan yang berat. Jelas tidak pas untuk di sungai,” dalil Ali Akbar.
Lalu, apakah temuan ini bisa menjadi bagian penting terkumpulnya puzzle sejarah khususnya di perairan pantai timur?
Ali Akbar menjelaskan bahwa cara kerja arkeologi selalu tidak hanya berfokus pada situs temuan. Biasanya mereka akan mencari data dukungan hingga radius penghubung terjauh. Dalam kasus ini, Ali Akbar dan tim nya juga mencari keterhubungan situs kapal Lambur dengan jejak sejarah sekitar lokasi. Ditemukanlah jejak pasti sungai kuno yang panjangnya mencapai 12 km dari bibir pantai yang saat ini kondisinya sudah mengering dan menjadi daratan di sebagian besar alurnya. “Ciri – cirinya kuat. Kami juga melakukan survey kondisi persawahan di sepanjang alur sungai kuno itu,”jelas Ali Akbar.
Temuan itu menguatkan dugaan bahwa kapal tersebut bukanlah kapal yang terhempas ke daratan namun memang sengaja dibawa ke lokasi temuan saat ini. Sekitar tujuh kilometer dari titik situs kapal kuno juga ada situs Siti Hawa yang juga berada di alur sungai kuno. Di kawasan Lambur juga pernah ditemukan sabuk emas yang saat ini tersimpan di museum Siginjai Jambi. Jika dihubungkan, lokasi temuan – temuan ini masih sealur dengan kawasan komplek percandian Muarojambi.
Soal temuan baru serpihan kapal di Parit Lima Desa Kota Harapan, juga di Kecamatan Muarasabak Timur, Ali memastikan mirip dengan model kapal di situs Lambur. Jenis kapal sementara disimpulkan sebagai kapal Asia Tenggara. Spekulasi bahwa kapal ini adalah kapal pedagang, menguatkan spekulasi tentang cerita keberadaan negeri Zabag yang pernah muncul dalam sejumlah literasi sejarah.
Dalam berita arab dan Persia abad ketujuh sampai 10 Masehi, ramai disebut adanya negeri Zabag yang melegenda karena kejayaannya di bidang perdagangan. Apakah Zabag ini sama dengan Sabak yang sekarang bagian dari Kabupten Tanjung Jabung Timur, lebih spesifik lokasi ditemukannya situs kapal kuno ini? tentu masih perlu pendalaman dan dukungan bukti sejarah yang kuat. Apalagi jika dihubungkan dengan kemungkinan jejak Sriwijaya.
Bupati Tanjabtim H Romi Hariyanto memastikan terus memperjuangkan terungkapnya sejarah pantai timur. Ia sangat berterima kasih atas kesediaan tim UI mengekskavasi situs kapal kuno Lambur. Romi juga berharap kegiatan yang membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar itu bisa didukung oleh komunitas arkeolog. Karena itu Romi menyambut baik rencana dukungan moril dan materil yang akan diupayakan oleh Zazzaro. Dalam konferensi pers yang juga diikuti oleh kepala BPCB Jambi itu, Zazzaro yang turut hadir sempat mengungkap bahwa ia sangat tertarik untuk followup lebih jauh temuan situs kapal kuno Lambur. Zazzaro berjanji mengupayakan dukungan kelanjutan kegiatan ekskavasi. (Jumi)