Apa Itu Rapid Test dan Swab Test untuk Covid-19
Apa Itu Rapid Test dan Swab Test untuk Covid-19
SERAMBIJAMBI.ID – Apabila seseorang yang terduga terinfeksi coronavirus Covid-19 akan dilakukan Rapid Diagnostic Test (RDT) atau Swab Test (PCR/Polymerase Chain Reaction). Kedua tes itu pun mempunyai perbedaan dan keunggulan.
Dikutip dari laman karinov.co.id melalui laman Tagar.id menjelaskan tidak sedikit orang menganggap rapid test sebagai cara mendiagnosis seseorang apakah orang tersebut positif terinfeksi virus corona atau tidak.
Padahal, tes ini hanyalah metode screening virus corona saja. Bila seseorang dinyatakan positif terinfeksi virus corona melalui RDT, maka perlu dilakukan test PCR/Swab Test untuk mengkonfirmasikan pernyataan tersebut.
Masyarakat awam belum banyak mengetahui dua perbedaan tes coronavirus tersebut. Agar mereka memahami secara detail simak perbedaan kedua tes tersebut. Berikut ini beberapa perbedaan mendasar antara Rapid Diagnostic Test dan Polymerase Chain Reaction atau Swab Test yang harus kita pahami.
Rapid Diagnostic Test
• Parameter uji: Imunoglobin dalam darah
• Keluar hasil: Hitungan menit
• Akurasi: Tidak akurat
• Sarana uji: Bisa di mana saja
Swab Test
• Parameter uji: DNA virus corona
• Keluar hasil: 2-7 hari
• Akurasi: Sangat akurat
• Sarana uji: Harus laboratorium BSL 2
Manfaat Tes
Keduanya sama-sama digunakan untuk menguji virus corona, nyatanya fungsi rapid test dan swab test sangat berbeda. Rapid Diagnostic Test merupakan tes (secara massal) yang berfungsi untuk screening potensi kasus positif virus corona di masyarakat.
Sementara, Swab Test berfungsi sebagai standar diagnostik virus corona yang dianjurkan WHO (World Health Organization).
Metode dan Alat
Pada Rapid Diagnostic Test, metode pengujian dilakukan secara massal dengan menggunakan sampel darah. Sampel darah kemudian dicek menggunakan Rapid Test Kit (alat tes darah berbentuk mirip alat tes kehamilan) untuk melihat adanya reaksi antibodi (zat imunoglobulin) yang terbentuk ketika terserang virus
Sedangkan pada Swab Test (uji kerik), metode pengujian dilakukan dengan menggunakan sampel swab spesimen dari tenggorokan, mulut atau hidung. Setelahnya, akan dilakukan serangkaian tes pada sampel swab tersebut menggunakan metode bernama PCR (Polymerase Chain Reaction).
Dengan metode ini, dapat terlihat melihat ada atau tidaknya DNA virus corona pada sampel tersebut. Uji PCR ini juga sudah digunakan luas untuk mendeteksi berbagai penyakit infeksius seperti Hepatitis, virus HIV, dan TBC.
Lama Pengujian
Lama pengujian Rapid Diagnostic Test tergolong singkat. Umumnya hasilnya dapat diketahui sekitar 10-15 menit setelah pengujian. Sedangkan pada Swab Test, lama pengujian memerlukan beberapa hari karena rumitnya rangkaian tes yang perlu dilakukan.
Akurasi Hasil Tes
Hasil Rapid Diagnostic Test tergolong tidak akurat jika dibandingkan dengan Swab Test. Sebab, antibodi tidak langsung terbentuk meski kita telah terinfeksi virus Corona. Pembentukan antibodi butuh waktu setidaknya 7 hari sejak terinfeksi.
Seringkali didapati hasil false negative virus corona pada Rapid Diagnostic Test. Hasil false positive pun seringkali terjadi karena antibodi dapat terbentuk karena infeksi virus lainnya pula tidak hanya virus corona. Oleh karena itu, metode ini hanya digunakan untuk screening awal virus corona saja (apabila hasilnya positif akan dilanjutkan dengan Swab Test untuk memastikan keakuratan hasilnya).
Tempat Pengujian
Pada Rapid Diagnostic Test, metode yang dilakukan sangat sederhana jadi bisa diuji di ruang laboratorium rumah sakit maupun puskesmas manapun.
Sedangkan, metode Swab Test lebih rumit jadi hanya bisa dilakukan di laboratorium berstandar Biosafety Level (BSL) 2, yang mana pekerja laboratoriumnya dilatih secara khusus oleh ahli patogenik dan ilmuwan kompeten, aksesnya dibatasi ketika pengujian berlangsung.
BACA JUGA : Sudah Tahukah Anda Perbedaan ODP, PDP, dan Suspect Virus Corona?
Tidak hanya itu, pekerja lab ini juga harus memakai kelengkapan khusus (misalnya pekerja lab wajib menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti baju Hazmat, masker khusus dan sarung tangan khusus agar tidak terinfeksi virus.
Jika sebelumnya swab test terpusat di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) milik Kementerian Kesehatan, kini swab test juga dilakukan di beberapa lembaga, seperti Lembaga Eijkman, Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) dan Universitas Airlangga. []
Sumber : Tagar.id