WASPADA, SYIRIK DI SEKITAR KITA!
Oleh : Abd. Mukti, S.Ag
Kalau ada seorang penceramah berucap di atas mimbar “Sungguh perbuatan syirik dan pelanggaran tauhid sering terjadi dan banyak tersebar di masyarakat kita!”, Mungkin orang-orang akan keheranan dan bertanya-tanya: “Benarkah itu? Mana buktinya?”. Tapi kalau sumber beritanya berasal dari firman Allâh Azza wa Jalla dalam al-Qur’ân, masihkah ada yang meragukan kebenarannya?.
Simaklah, Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُم بِاللَّهِ إِلَّا وَهُم مُّشْرِكُونَ
“Dan sebagian besar manusia tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan-Nya (dengan sembahan-sembahan lain)”. [Yûsuf/12:106]
Syirik adalah dosa yang paling besar, paling berbahaya, merupakan tindakan kezaliman yang paling zalim, kejahatan yang paling besar dan dosa yang tidak bakal terampuni Allah SWT.
Allah SWT berfirman :
إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.”
Untuk itu kita harus waspada dan hati-hati terhadap dosa kezaliman yang paling besar ini baik ucapan, perbuatan atau sikap kita jangan sampai terjebak dalam lembah hitam kesyirikan ini. Sementara kita tidak menyadarinya, karena memang kesyirikan itu samar-samar bahkan mungkin sudah menjadi tradisi atau budaya di tengah-tengah masyarakat.
Didalam kitab Hishnut Tauhid (Benteng Tauhid) buah karya kumpulan ulama besar yang salah satunya adalah Syekh Abdul Rahman As-Sa’dy; di dalam buku itu dijelaskan beberapa hal yang dapat merusak aqidah tauhid Islam antara lain sbb. :
1. Memakai penangkal dengan tujuan menolak bala’ atau menghilangkannya seperti kalung dan benang, baik yang terbuat dari kuningan, tembaga, besi ataupun kulit.
2. Mantra-mantra bid’ah dan jimat-jimat, yaitu yang mengandung rumus-rumus dan kata-kata yang tidak dapat dipahami, meminta bantuan jin untuk melepaskan sihir atau guna-guna.
3. Meminta berkah (tabarruk) kepada seseorang, pohon-pohon, batu-batu atau lainnya. Bahkan ka’bah sendiri tidak boleh mengusap-usapnya dengan tujuan mencari berkah.
Umar ibn Khathab ra. ketika mencium Hajarul Aswad pernah berkata : “Sesungguhnya aku tahu, bahwa kamu adalah sebuah batu yang tidak dapat memberi manfaat dan madharat. Kalau bukan karena pernah melihat Rasulullah SAW menciummmu, niscaya aku tidak akan menciummu”.
4. Berdo’a (memohon) kepada selain Allah, seperti berdo’a meminta suatu hajat, isti’anah (minta tolong), istighatsah (minta tolong di saat sulit) kepada orang mati, baik itu kepada Nabi, wali, habib, kyai, jin maupun kuburan keramat, atau minta rizki, meminta kesembuhan penyakit dari mereka, atau kepada pohon dan lainnya selain Allah adalah syirik akbar (syirik besar).
Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab rahimahullah berkata: “Barangsiapa yang memalingkan satu macam ibadah kepada selain Allah, maka ia musyrik kafir.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
“Dan barangsiapa menyembah ilah yang lain bersama Allah, padahal tidak ada satu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Rabb-nya. Sesungguhgnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.” [Al-Mukminuun: 117][7]
5. Mendatangi dukun atau paranormal untuk bertanya sesuatu dan membenarkannya, sekalipun mereka dijuluki wali atau bergelar kiyai dan seumpamanya. Ini juga dapat merusak tauhid atau musyrik pelakunya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
Barangsiapa mendatangi ‘arrâf lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu, tidak akan diterima darinya shalat 40 hari. [HR. Muslim, no: 2230]
6. Tathayyur atau menganggap sial atas apa yang dilihat, didengar, atau yang diketahui. Seperti yang dilihat yaitu, melihat sesuatu yang menakutkan. Yang didengar seperti mendengar burung gagak, dan yang diketahui seperti mengetahui tanggal, angka atau bilangan.
Semua kepercayaan seperti ini tidak dibolehkan sama sekali, karena merusak tauhid atau syirik. Thiyarah termasuk syirik yang menafikan kesempurnaan tauhid, karena ia berasal dari apa yang disampaikan syaithan berupa godaan dan bisikannya.
اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، وَمَا مِنَّا إِلاَّ، وَلَكِنَّ اللهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ.
“Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik dan setiap orang pasti (pernah terlintas dalam hatinya sesuatu dari hal ini). Hanya saja Allah menghilangkannya dengan tawakkal kepada-Nya. (HR.Albukhari, Abu Daud, dan lainnya).
7. Terlalu menggantungkan harapan kepada sebab atau usaha, seperti menggantungkan nasib kepada dokter, pengobatan, pekerjaan dan lainnya, tanpa menghiraukan sikap tawakkal kepada Allah SWT.
8. Meramalkan kejadian yang akan datang atau hal-hal yang ghaib dengan perantaraan bintang-bintang, padahal bintang-bintang itu diciptakan Allah bukan untuk tujuan tersebut.
Itulah antara lain hal-hal yang dapat merusak tauhid yang dapat menyebabkan pelakunya menjadi musyrik yang jika tidak bertobat sampai akhir hayatnya tidak diampuni dosanya dan diharamkan masuk surga (Lihat Q.S.Annisa 48 dan Al-Maidah 72).
Wallahu a’lam bishshowab.
Penulis adalah Pemerhati Kehidupan Beragama