Pasca Gempa, 5.000 Orang di Petobo dan Balaroa Masih Tertimbun “Ditelan Bumi”

0

SERAMBIJAMBI.ID, JAKARTA – Kawasan permukiman di Kelurahan Petobo dan Kelurahan Balaroa, Kota Palu, hilang ‘ditelan bumi’ pasca gempa bumi berkekuatan 7,4 Magnitudo. Rumah dan dan segala isinya, termasuk manusia, terisap tanah dan tertutup lumpur.

BACA JUGA : Wilayah Petobo Hilang ‘Ditelan Bumi’ Pasca Gempa 7,4 Magnitudo

Wilayah Kelurahan Petobo dan Balaroa di Palu ini menjadi daerah yang terkena dampak parah ‘ditelan bumi’ karena likuifaksi atau penggemburan lapisan tanah pasir dan di mana kondisi tanah berubah menjadi lumpur.

BACA JUGA : Mengenakan Seragam Satpol PP, Pasha Ungu Turun Langsung Bantu Korban Gempa Palu

BACA JUGA : Mendagri Minta Pemda Se-Indonesia Beri Dana Untuk Membantu Gempa-Tsunami Palu

BACA JUGA :

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, tim gabungan masih terus melakukan pencarian dan evakuasi korban akibat gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah. Fokus pencarian korban kini tertuju pada dua wilayah yang terdampak cukup parah, yakni Balaroa dan Petobo, di Palu

“Hingga saat ini diperkirakan masih ada 5.000 orang yang tertimbun tanah di wilayah Balaroa dan Petobo.

Jumlah itu menurut informasi yang disampaikan oleh kepala desa. Tapi masih belum terverifikasi,” ujar Sutopo dalam konferensi pers di Gedung BNPB Jakarta, Minggu (7/10/18), dikutip serambijambi.id dari Kompas.com

BACA JUGA : Gempa-Tsunami di Sulteng, 1.407 Korban Tewas dan 2.549 Korban Mengalami Cidera

BACA JUGA : Peduli Korban Gempa-Tsunami Palu, Ini Yang Dilakukan FPI Tanjab Barat

Menurut Sutopo, ada 1.445 unit rumah di Balaroa. Sementara, jumlah rumah yang rusak di Petobo diperkirakan ada 2.050 unit.

Luas wilayah Petobo 180 hektar. Menurut Sutopo, sebagian besar wilayah Balaroa dan Petobo tertimbun lumpur. Kondisi bangunan di permukaan telah rata dengan tanah.

Menurut Sutopo, Balaroa dan Petobo adalah dua wilayah yang terdampak likuifaksi, di mana kondisi tanah berubah menjadi lumpur. Proses pencarian terus dilakukan dengan bantuan 7 unit alat berat dan eskavator.

“Upaya terus dilakukan, ditargertkan 11 Oktober sudah selesai. Kalau tidak ditemukan, nanti akan dibahas bersama. Apalagi tanggal 11 itu sudah dua pekan, sehingga sudah dinyatakan hilang,” kata Sutopo. (*)

Comments
Loading...