Pergelaran Teater Tonggak ‘Lesung Luci’ Menjadi Penutup Temu Teater Jambi 2022
Pergelaran Teater Tonggak ‘Lesung Luci’ Menjadi Penutup Temu Teater Jambi 2022
SERAMBIJAMBI.ID, JAMBI – Lesung Luci pergelaran dari Teater Tonggak menjadi penutup rangkaian Temu Teater Jambi 2022 (Kamis, 24/11/22) di gedung Teater Arena, Taman Budaya Jambi.
Lesung adalah alat tradisional dalam pengolahan padi atau gabah menjadi beras. Fungsi alat ini memisahkan kulit gabah dari beras secara mekanik. Lesung terbuat dari kayu berbentuk seperti perahu berukuran kecil.
Alu atau Antan merupakan alat pendamping lesung atau lumpang dalam proses pemisahan sekam dari beras. Alu (antan) dan lesung merupakan dua alat yang tidak dapat dipisahkan dalam penggunaannya. Alu tidak bisa digunakan tanpa ada lesung, begitu sebaliknya.
Dulunya, alat tradisional ini digunakan untuk mengubah padi menjadi beras secara mekanik. Menggunakan tangan dan tenaga manusia.
Pekerjaannya sering disebut menumbuk padi, yaitu memisahkan kulit padi sehingga menjadi beras dengan menggunakan tangan manusia. Kulit padi yang dihasilkan disebut sekam. Padi yang akan ditumbuk harus dijemur sampai kering dengan cahaya matahari. Tujuannya agar kulit padi mudah dipisahkan dan beras yang dihasilkan tidak patah.
Dengan adanya kemajuan teknologi, menumbuk padi dengan cara tersebut tidak digunakan lagi. Sudah ada mesin untuk menjadikan padi menjadi beras. Alu dan lesung kini hanya tinggal kenangan. Kalau pun digunakan sekarang ini hanya untuk menumbuk daun pandan, atau menumbuk singkong rebus menjadi bentuk adonan kemudian diolah menjadi bahan kerupuk.
Luci sebagai alat atau tempat menaruh sesaji yang diadaptasi dari budaya masyarakat Kerinci. Luci merupakan wadah yang digunakan untuk meletakkan sesaji saat musim padi mulai berbunga. Luci digunakan dalam Prosesi upacara yang disebut tari Ngayun luci.
Tari ngayun luci dipersembahkan ke pada leluhur saat masyarakat menanam padi agar tidak dimakan burung saat musim padi mulai berbuah dan berharap mendapatkan hasil melimpah saat musim panen. Selain itu tari Ngayun luci juga bisa untuk penyembuhan penyakit pada zaman dahulu dengan mendatangkan roh-roh nenek moyang sebagai perantara penyembuhan dengan menggunakan sesajen.
“Kakitau didalam pergelaran ini tidak hanya menghadirkan gerak ataupun bentuk dari kakitau namun juga akan adanya dialog antar Kakitau yang bermimpi menjadi manusia. Dialog-dialog yang sampaikan para tokoh, bisa dicerna segala umur, bersifat edukasi dan pencerahan terkait budaya kekayaaan di provinsi Jambi khususnya Kerinci yaitu Ngayun Luci,” Jelas Didin Siroz selaku pemilik karya dan sutradara.
Teater Tonggak
Judul: LESUNG LUCI
Karya/Sutradara: Didin Siroz
Para Pemeran: Mahendra sebagai KLINONG, Tri Putra Mahardhika H sebagai PERONG dan DATUK, Mario Kuntania sebagai TOW TOW, Zander Subagja sebagai BOROK dan TOKOH, Deny Haryanto sebagai PIRAU, Putri Novita Sari sebagai Warga, Olenda Amelia sebagai Warga, Liza Lazuarmi sebagai UPIK, Puji Rahayu Setianingsih sebagai Warga, dan Nora Azizah sebagai Warga.
Penata Pemusik: Azhar MJ, pemusik: Ahmad Junaidi, Syahrul Addha DS, dan Ari Wibowo | Penyanyi: Dina Gusti Aulia | Penata Artistik: Putra Agung dan Mahendra | Penata Kostum: Latifah Siroz | Koreografer: Tri Putra Mahardhika H | Penata Rias: Liza Lazuarmi | Pimpro: Hendry Nursal.
Hendry Nursal, menuturkan bahwa adanya pergantian pemeran dari pergelaran Lesung Luci karena sedang berada di luar negeri
“Ada tiga orang pemeran yang berganti karena rekan-rekan sedang tampil di Singapura, namun kekuatan di panggung tidak menurun. Tentunya kami tetap berikan yangterbaik untuk penonton setia,” Ungkap Hendry Nursal selaku pimpinan produksi.
Sebelumnya Lesung Luci mendapat perhatian dan memenuhi syarat karya pengolahan yang dilaksanakan Taman Budaya Jambi, didukung penuh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui Dirjen Kebudayaan dalam bingkai Dana Alokasi Khusus (DAK).
“Kita berharap kepedulian akan perkembangan kekayaan seni dan budaya lokal, dan kegiatan ini dapat memberikan pencerahan dan pembelajaran batin melalui karya seni. Di masa kini Kakitau mulai kehilangan eksistensinya akibat dari mulai hilangnya area persawahan, yang digantikan dengan bermunculannya gedung-gedung pencakar langit,” Jelas Hendry Nursal, yang notabene juga ketua Pelaku Teater Indoensia Korda Provinsi Jambi.
Lesung Luci dipergelarkan pada 15 Agustus 2022 di Gedung Teater Arena-Taman Budaya Jambi. Selanjutnya turut serta dalam Festival Teater Sumatera (FTS) 2022 bertema “Ritual Of Healing” pada 30 September 2022 di Taman Budaya Sriwijaya-Jakabaring Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.
Sementara itu, Taman Budaya Jambi menggelar Temu Teater Se-provinsi Jambi pada 21-24 November 2022. Temu Teater ini diselenggarakan Pemerintah provinsi Jambi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata provinsi Jambi UPTD Taman Budaya Jambi, didukung penuh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui Dirjen Kebudayaan dalam bingkai Dana Alokasi Khusus (DAK).
Kepala Taman Budaya Jambi (TBJ) Eri Argawan dalam sambutan sekaligus laporannya pada seremonial pembukaan (Senin, 21/11/2022) menuturkan bahwa Temu Teater Taman Budaya Jambi merupakan kegiatan akbar teater yang menginginkan terwujudnya silaturahmi intelektual, gotong royong dan perwujudan daya cipta yang pada akhirnya berlanjut menjadi sebuah ikatan bersama membangun kebudayaan secara bersama-sama.
“Temu Teater, setelah beberapa tahun ini menjadi penting karena beberapa faktor; pertama karena Temu Teater merupakan salah satu alternatif yang memberikan jawaban dan motivasi terhadap perubahan paradigma, pola pikir dan kebiasaan kelompok teater selama ini,” Ujarnya.
Dia juga menyebutkan bahwa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, Temu Teater kali ini hanya melibatkan komunitas teater yang tumbuh dan berkembang di Provinsi Jambi.
“Hal ini dilakukan untuk meningkatkan capaian kualitatif dari segi pelaksanaan, baik pertunjukan maupun kepanitiaan. Kita juga menginginkan tercapainya silaturahmi intelektual dan terwujudnya daya cipta. Kali ini khusus provinsi Jambi untuk meningkatkan pencapaian kualitatif pelaksanaan maupun pertunjukannya,” Tutur Eri Argawan. (*/)