“Tolong Kami, Pak Bupati!” Jerit Warga Desa Teluk Sialang Terkepung Asap Pembakaran Batok Kelapa
“Tolong Kami, Pak Bupati!” Jerit Warga Desa Teluk Sialang Terkepung Asap Pembakaran Batok Kelapa
SERAMBIJAMBI.ID, TANJAB BARAT – Ratusan warga Desa Teluk Sialang, Kecamatan Tungkal Ilir, Kabupaten Tanjab Barat, saat ini hidup dalam kepungan asap tebal dan menyesakkan akibat aktivitas pembakaran batok kelapa yang dilakukan di sekitar permukiman mereka. Kondisi ini telah berlangsung lama, menyebabkan gangguan pernapasan serius, iritasi mata, dan ketidaknyamanan ekstrem warga, terutama anak-anak dan lansia.
Suasana Desa Teluk Sialang kian memprihatinkan. Langit selalu diselimuti kabut asap pekat, membuat jarak pandang terbatas dan udara terasa berat. Bau menyengat dari pembakaran batok kelapa menusuk hidung sepanjang hari.
“Hampir setiap hari, kami menghirup asap. Mata perih, tenggorokan sakit, dada sesak. Anak-anak rentan mengalami gangguan pernapasan, dan para lansia semakin menderita. Bau menyengat yang ditimbulkan dari pembakaran ini juga membuat warga kesulitan beraktivitas normal di luar rumah,” ujar Amat, warga Desa Teluk Sialang kepada serambijambi.id, Kamis (29/5/25) malam.
Warga mengaku telah berulang kali menyampaikan keluhan kepada pihak-pihak terkait, namun hingga kini belum ada tindakan konkret yang efektif untuk menghentikan atau mengatasi masalah polusi udara ini. Aktivitas pembakaran batok kelapa ini dilakukan oleh oknum pengusaha di tengah permukiman warga, yang beroperasi tanpa memperhatikan dampak lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar.
“Kami tahu ini bisa jadi mata pencarian dan kami tidak melarang mereka mencari nafkah, tapi kesehatan kami jauh lebih penting,” tegas Amat
Setiap kali Magrib tiba, lanjut Amat, asap mulai membumbung tinggi. Anak-anak jadi susah bernafas. Kami sangat khawatir dengan kesehatan anak-anak kami dalam jangka panjang.
Situasi di pondok pesantren pun tidak kalah memprihatinkan. Di saat seharusnya para santri khusyuk mendalami ilmu agama, mereka justru harus berjuang melawan pekatnya asap. “Magrib itu waktu santri memulai pengajian dan hafalan Al-Qur’an. Tapi sekarang, asap pekat masuk ke dalam ruangan. Anak-anak pun jadi tidak konsentrasi dalam belajar,” terang Amat
“Kami sudah tidak tahan lagi. Tolong kami, Pak Bupati! Kesehatan kami terancam. Kami mohon Bapak segera turun tangan dan mencari solusi untuk masalah ini,” seru Amat
Asap dari pembakaran batok kelapa mengandung berbagai partikel berbahaya, termasuk karbon monoksida, sulfur dioksida, dan partikel halus (PM2.5) yang dapat menembus jauh ke dalam paru-paru. Paparan jangka panjang terhadap zat-zat ini dapat menyebabkan penyakit pernapasan kronis, masalah kardiovaskular, dan bahkan meningkatkan risiko kanker. Warga khawatir jika kondisi ini terus berlanjut, akan ada dampak jangka panjang yang lebih serius terhadap ekosistem desa.
Warga Desa Teluk Sialang sangat berharap Bupati Tanjab Barat dapat segera merespons jeritan hati mereka. Mereka juga mendesak Pemerintah Daerah dan pihak terkait untuk segera turun tangan mengambil langkah tegas dan cepat untuk menyelesaikan masalah ini serta mencari solusi yang berkelanjutan, yang dapat melindungi kesehatan masyarakat tanpa mematikan roda ekonomi lokal. Udara bersih bukanlah kemewahan, melainkan hak dasar yang harus dinikmati oleh setiap warga negara. (SJ)